Rabu, 26 Februari 2020

Terjerembab menjadi dukun


Andri (30 tahun):

(menipu banyak orang dengan jimat dan amalan)
Berbagai Penyakit Aneh Datang Menghantuinya

Hidup sukses adalah impian semua orang. Bekerja dengat giat di perantauan adalah salah satu kunci hidup sukses. Tapi siapa kira, bisa terjerembab menjadi seorang dukun yang banyak merugikan orang lain. Andri namanya. Sekitar satu tahun lebih. Andri berprofesi sebagai dukun yang menjual jimat-jimat palsu. Hatinya bergejolak, menekuni perbuatan terkutuk itu. Berbagi penyakit aneh datang menerpanya. Sampai akhirnya ia kembali ke jalan yang benar setelah penyakitnya dapat disembuhkan dengan terapi ruqyah. Didampingi seorang teman kantornya, Andri menuturkan kisahnya kepada Majalah Ghoib di Gunungpati, Semarang.

            Selepas lulus dari SMA (1996), seseorang datang menawarkan pekerjaan kepada saya.  Karena sedang menganggur, saya pun langsung tertarik. Sebagai pemuda desa, mendapatkan pekerjaan adalah sebuah kebanggaan. Apalagi orang itu menjelaskan, bahwa pekerjaan yang ditawarkannya bergerak di bidang pengobatan. Ia juga memperlihatkan beberapa buah jimat seperti: akik, keris, rajah dan lainnya. Ia bilang semua jimat tersebut untuk sarana pengobatan.  Terpikir oleh saya, jika memikili jimat-jimat tersebut, mungkin bisa digunakan untuk menolong warga di sekitar sini. Tanpa pikir panjang, saya menerima tawaran itu.. Kami pun segera berangkat….! Dengan segudang harapan, saya tinggalkan kampung halaman serta sanak saudara tercinta. Orangtua yang selama ini memberikan kasih sayang, dengan berat hati juga harus saya tinggalkan, demi mencari sesuap nasi. Sambil memandangi sawah yang terhampar hijau, terbayang, bagaimana keberhasilan beberapa ‘orang pintar’ di desa. Kehidupan mereka boleh dikatakan berkecukupan. Hal itulah yang juga ikut memotivasi saya, sehingga mau ikut bekerja dengannya. Dengan diiringi suara gemiricik sungai, kami berangkat ke kota Tegal.
            Sesampainya di kota Tegal. Saya diajak ke sebuah losmen yang letaknya tidak terlalu jauh dari alun-alun. Di sana telah menunggu 6 orang yang terlebih dahulu bergabung dalam pekerjaan tersebut. Jumlah kami jadi 8 orang. Kemudian kami saling berkenalan. Saat itu, saya belum mengerti benar, apa sebenarnya pekerjaan yang akan saya lakukan. Sambil mereka-reka saya beristirahat sejenak.  Di dalam sebuah kamar, banyak terdapat rajah-rajah bertuliskan huruf-huruf Arab. Ada juga beraneka ragam batu akik.


Suara adzan membahana, memanggil insan beriman untuk menunaikan ibadah shalat. Saya bersegera mencari masjid. Tetapi karena tidak tahu di mana lokasinya, saya terpaksa shalat di losmen. Saya merasa heran! Banyak rajah-rajah bertuliskan Arab di sana, tetapi mereka tidak melaksanakan shalat. Ah, tapi saya tidak berani bertanya macam-macam. Saya kan hanya orang baru di sana.
            Hari itu juga, saya diajak ke tempat praktik pengobatan mereka. Letaknya di sebuah  lapangan yang tidak jauh dari losmen. Bersama dengan orang yang mengajak bekerja, saya naik becak. Kami berdua datang agak terlambat. Ternyata di sana telah banyak orang yang berkumpul. Kira-kira seratus orang yang datang. Saking berjubelnya, lapangan yang cukup luas itu, tak kuasa menampung jumlah pengunjung. Saya masuk di barisan paling belakang, melengkapi ketujuh teman saya yang akan mengadakan pertunjukan. Perasaaan saya deg-degan. Apa gerangan yang akan didemonstrasikan oleh rombongan yang baru saya kenal ini. Seorang pimpinan yang dipanggil Ki Seno, kemudian menjadi juru bicara rombongan. Ratusan pasang mata menatap dengan sangat serius. Mereka seakan tersihir oleh gaya bicara Ki Seno. Gaya orasinya membuat saya terkagum-kagum. Sambil membawa air putih, Ki Seno terus berbicara mengenai hal mistik. Ia juga menjelaskan tentang ilmu karomah kepada pengunjung. Sampai akhirnya Ki Seno menggelar sebuah demonstrasi yang sarat dengan nuansa mistik. Pakaiannya yang serba putih ala seorang ustadz membuat para pengunjung semakin terkesima.
Seorang anak diikat matanya. Sementara  seluruh tubuhnya ditutup dengan kain hitam. Air putih yang sedari tadi berada ditangan Ki Seno.  Kemudian dibacakan mantra-mantra olehnya. Mantranya tidak jelas. Kadang dibacakan bismillahirrahmanirrahim dengan kumat-kamit, kadang mantera berbahasa Jawa. Lalu air putih itu disemburkan ke anak tadi.   Tiba-tiba anak itu  pingsan. Lalu  di tutup lagi dengan kain mori putih. Katanya, “Ini sebagai contoh bahwa Anda semua tidak akan bisa hidup selamanya.” Ngomongnya sih bagus dan indah. Para pengunjung semakin terbawa arus oleh cerita Ki Seno. Kemudian Ki Seno mengatakan, bahwa kepada anak itu akan dipanggilkan roh ghaib. Sebentar kemudian dibacakan ayat yang dicampur dengan mantra-mantra. Saya tidak tahu, ayat apa yang dibacakannya. Anak itu kemudian seperti kesurupan dan meraung-raung kesakitan. Tangannya keluar tetapi kepalanya tidak. Para pengunjung yang menyaksikan merasa ngeri melihat hal seperti itu. Sebagian dari mereka, ada yang menutup wajah dengan kedua tangannya. Saya pun merasakan hal yang sama. Saya terus membaca doa-doa yang pernah saya hapal waktu di desa dulu.
            Ki Seno terus berbicara. Gaya bicaranya yang  hidup berhasil menumbuhkan sugesti para pengunjung kalau itu benar-benar peristiwa ghaib. Anak yang ditutup matanya itu, diberi pertanyaan oleh Ki Seno. Ia  disuruh menebak berapa jumlah pengunjung? Pengunjung yang ada di sebelah pojok pakai baju warna apa? Membawa rokok merk apa? dan lainnya. Pertanyaan itu semua  dijawab dengan tepat dan akurat. Para pengunjung yang melihat hal seperti itu semakin percaya. “Wah berarti itu ada roh ghaibnya,” ungkap seorang pengunjung yang merasa takjub . Ki Seno itu terus berbicara. Kali ini ia meminta tolong kepada roh ghaib, agar batu akik dan keris yang ada di hadapannya diisi kekuatan ghaib. Ki Seno  memohon kepada roh ghaib supaya masyarakat yang ada di sini bisa terhindar dari penyakit serta memilki pegangan hidup.
Ketika anak itu ditanya oleh Ki Seno. Suaranya berubah menjadi seorang kakek-kakek yang menyeramkan. Ini pertanda bahwa jimat-jimat telah diisi kekuatan dari roh ghaib. Pengunjung yang sedari tadi memang sudah tersugesti, langsung menyerbu jimat-jimat akik yang dijual dua ribuan perbuah. Hanya dalam waktu beberapa menit, jimat batu akik sudah ludes terjual. Saya hanya bisa diam terpaku, menyaksikan hal tersebut. Teman-teman saya yang lain, kemudian membagikan brosur tentang tempat praktik kami.  Selebaran itu bertuliskan pengobatan  alternative yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bisa  juga menerima pesanan jimat kekebalan, jimat sayekti geni yaitu jimat yang bisa membakar sesuatu  dengan tenaga dalam. Diakhir pertunjukan, Ki Seno menjelaskan bahwa uang yang mereka dapatkan malam itu sebagiannya untuk sesajen kepada roh ghaib. Kami pun kembali ke losmen dengan mendapatkan uang yang cukup banyak.

Memulai Aktivitas Sebagai Dukun  Bersama Rombongan Penipu.
            Malam harinya, ketika saya sedang berpikir bagaimana caranya memiliki ilmu seperti Ki Seno. Tiba-tiba Ki Seno datang sambil berkata, "Nak, kamu harus bisa seperti Jeni.” (Jeni adalah anak yang disurupi tadi) "Apa syaratnya pak?" saya balik bertanya. “Hapalkan ini!" katanya. Sebuah tulisan berbahasa Indonesia tertulis di situ seperti sebuah rumus. Mbah = putih, Buyut = kuning, Jelas = merah dan beberapa sandi angka lainnya. Saya semakin bingung dengan tulisan-tulisan itu. Kemudian Ki Seno menjelaskan, “Jika kusebut Mbah, kamu harus jawab putih. Jika kusebut buyut, kamu harus jawab kuning.” Saya terkejut bukan kepalang, setelah mengetahui bahwa pertunjukan itu adalah bohong belaka. Apa yang ditanyakan kepada Jeni, ternyata sudah ada rumusnya. Berarti jawabannya bukan dari roh ghaib seperti yang diakui Ki Seno. Kesurupan dan suara kakek-kakek, juga hanya akal-akalan Jeni saja. Hati ini berontak. Saya lalu bilang kepada orang yang mengajak saya bekerja, bahwa saya tidak jadi bekerja. Saya takut ditangkap polisi, karena saya telah bergabung dengan rombongan penipu. Ia terus membujuk dan meyakinkan saya, bahwa kegiatan yang kami kerjakan aman. Karena saya tidak punya uang untuk pulang, saya akhirnya terus mengikuti rombongan tersebut menjalankan praktiknya. 
            Praktik di Kota Tegal, hanya kami jalankan sehari saja. Setelah itu kami berpindah ke Kota Jogjakarta. Di kota Jogyakarta, saat itu sedang digelar acara Sekatenan. Sebelum acara Sekatenan  dimulai, kami pasang stand di sekitar situ. Para pengunjung banyak sekali yang datang. Setiap kali ingin menarik perhatian orang untuk membeli jimat-jimat, kami  selalu mempertunjukan tontonan-tontonan yang bernuansa mistis. Kali ini, kami mempertunjukkan atraksi orang yang bisa melepaskan diri dari dalam peti yang telah digembok. Agar kesan mistisnya bertambah kental, kami memasang gambar tengkorak di sana. Seorang anak diikat menggunakan tambang dari kaki sampai leher. Setelah diikat dengan tambang, anak itu dimasukkan ke dalam sebuah  karung. Untuk lebih meyakinkan, karung  tersebut diikat oleh seorang pengunjung. Lalu karung tersebut dimasukkan ke dalam peti yang telah di gembok dalam jumlah yang sangat banyak. Peti itu kemudian ditutup  dengan kain penutup berwarna hitam (kerobong). Para pengunjung semakin penasaran dengan pertunjukan itu.
            Ki Seno berkata kepada anak itu, bahwa ia akan mengutusnya ke laut Pantai Selatan, untuk memanggil roh Nyi Roro Kidul. Setelah komat-kamit, Ki Seno berkata dengan suara yang sangat kencang,  “Wahai roh Nyi Roro Kidul,  kalau kamu sudah hadir, tolong goyangkan kerobong ini sekeras mungkin!” Tiba-tiba kerobong itu bergoyang-goyang, wes wes. Para pengunjung ketakutan. Bagaimana mungkin anak yang telah diikat dengan tambang kemudian dimasukkan ke dalam karung serta peti yang telah digembok dapat menggerakkan kain tersebut. Para pengunjung mulai terbawa arus pertunjukan. Setelah itu, Ki Seno tadi minta pegangan dari Nyi Roro Kidul. “Ini saya sembahkan kembang sesajen untuk Nyai," katanya melanjutkan. Sesajen itu kemudian dimasukkan ke dalam kerobong. Baru dimasukkan sebentar saja, ketika dibuka sesajen langsung hilang.  “Itu berarti, sesajen ini sudah diterima dan diisi oleh Nyi Roro kidul. "Tolong! Nyi Roro Kidul kami minta pegangan, terserah apa yang kamu berikan. Kami juga minta agar membukakan ikatan anak itu," pinta Ki Seno sambil memejamkan matanya.  
            Begitu dibuka,  di dekat peti sudah nampak kain berwarna putih. Di  dalamnya terdapat  keris-keris yang jumlahnya sangat banyak. Ki Seno kembali ngomong macam-macam agar para pengunjung semakin percaya, bahwa ada kekuatan yang datang dari Nyi Roro Kidul. Begitu kerobong itu dibuka, anak itu sudah ada  di samping peti. Pakaiannya berubah dari pakai kaos    kemudian memakai sarung, baju koko, berpeci serta membawa al-Qur'an.  "Uh hebat sekali," ujar beberapa orang pengunjung.  Keris-keris tadi  terjual dengan harga 2000 an. Sekitar tahun 1997, uang 2000 sangat besar buat orang desa. Seperti biasanya, kami membagikan selebaran. Bagi  yang mempunyai keluhan, kami persilahkan untuk datang ke tempat praktik kami di Jogyakarta. Kami kembali meraup keuntungan yang cukup besar.
Sebenarnya semua pertunjukan tersebut hanya bohong-bohongan saja. Orang yang diikat dengan tambang. Kedua tangannya harus berada di samping kaki. (Andri memperagakan di hadapan kam., Red)   Kakinya  harus sedikit melebar. Dengan hanya menggerakkan tangan ke arah kiri-kanan sedikit saja, talinya sudah merosot. Setelah ikatan terlepas. Anak itu berganti baju yang telah disiapkan sebelumnya.  Kok bisa lepas dari karung? Nah, karung itu sampingnya telah dijahit menggunakan jahitan tangan. Maka dengan mudah kita dapat merobeknya. Kita jongkok saja, jahitannya langsung robek.   Sementara, untuk membuka kotak juga sangat mudah.  Kotak tersebut telah dipasangi baut tepat di tengah-tengah penutup peti. Dari dalam mudah sekali memutar bautnya. Padahal dari luar seakan tergembok rapat. Bautnya disimpan di tempat tersendiri agar tidak hilang. Atap peti tersebut sudah bisa dibuka, tanpa menyentuh gembok. Setelah itu, kita akan dengan mudah menggoyangkan kain serta mengambil sesajen yang diberikan Pak Haji. Ya Allah, semoga semua dosa saya yang lalu bisa diampuni.
Setelah acara itu selesai. Banyak orang yang mendatangi tempat praktik kami.  Mulai saat itulah, saya telah diperkenankan menerima tamu dan mencoba mengobati mereka. Keluhan yang yang disampaikan bermacam-macam. Dari permasalahan jodoh sampai persaingan di tempat kerja. Saat menterapi pasien, saya memakai baju mirip seorang ustadz dengan segala asesorisnya. Banyak orang yang saya beri amalan untuk penyembuhan penyakit mereka. Amalan-amalan yang saya berikan, semuanya hanya akal-akalan saja. Yang saya ingat, itu yang saya tuliskan.
Beraneka jimat kami berikan kepada pasien yang datang. Untuk kewibawaan, biasanya kami memberikan sebuah keris sakti yang bisa mengeluarkan sinar. Untuk yang seperti ini, maharnya bisa sampai satu jutaan. Bagi orang yang ingin mendapatkan jodoh. Kami berikan batu akik sakti yang dapat mengeluarkan asap putih. Sementara bagi mereka yang mengeluhkan penyakit, kami biasanya menggunakan ilmu Tapak Geni. Jika  sinar ditembakkan ke dada orang yang sakit, dari bekas tekanan itu, keluar sinar biru seperti nyala api. Semua orang menganggap kami adalah para dukun sakti yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit dan persoalan mereka. Seiring dengan bertambah sibuknya saya menjadi seorang dukun. Ibadah shalat wajib, sudah total saya tinggalkan. Terkadang saya merasa kasihan kepada mereka yang datang kepada saya. Ternyata mereka hanya kami bohongi saja. Banyak juga yang datang kepada kami menginginkan agar usaha lancar kembali dan menuai untung. Kalau sudah seperti ini, biasanya kami meminta baju pasien yang pernah dipakainya untuk ritual buang sial. Setelah dibacakan mantra, baju itu akan terbakar dengan sendirinya. Sering juga kami mendemonstrasikan ilmu kebal yang kami punya, dengan memotong tangan mempergunakan golok di depan pasien. Mereka merasa takjub. 
Sebenarnya petualangan ini saya jalankan dengan setengah hati. Hati saya tidak menerimanya. Apa yang saya lakukan bersama teman-teman, sekali lagi semuanya bohong dan tipuan. Keris yang bisa menyala dan bisa mengeluarkan cahaya, itu tipuan yang sangat mudah.    Ambil sebuah korek api yang kita sobek kertas pinggirannya (berwarna coklat). Kita sobek dengan sangat tipis sekali. Kemudian kita letakkan di belakang piring putih dan dibakar di situ. Setelah dibakar, disitu  ada bekas hitam yang tersisa. Walaupun  sudah satu minggu, bekasnya  tidak akan hilang. Ketika kita pegang, lalu kita gosokkan ke tangan kita, maka akan mengeluarkan asap yang banyak. Ketika ditempelkan di dada lalu ditekan sedikit, maka akan mengeluarkan sinar biru.  Baju yang bisa terbakar dengan sendirinya itu sebenarnya campuran PK (nama sebuah larutan kimia). Ditempatkan dalam sebuah plastik kecil supaya tidak kelihatan. Ditekan  sedikit saja kemudian akan menyala dan terbakar. Untuk mendapatkan kekebalan triknya mudah saja. Ketika kita memotong tangan dengan golok. Yang kita pergunakan adalah bagian tengah yang sudah diamplas sehingga tumpul. Padahal  bagian ujungnyalah yang tajam. Ketika kita mencoba kepada orang lain. Kita pergunakan bagian ujung goloknya. Ya pasti akan terluka. Mudah-mudahan cara-cara ini, tidak dipergunakan untuk menipu orang lagi.
            Yang membuat saya heran. Terkadang ada pasien yang merasa telah disembuhkan oleh ilmu kami. Bahkan ada seorang dukun yang membeli jimat kepada kami. Lalu, di hari berikutnya dukun tersebut datang lagi, sambil mengatakan bahwa jimat yang dibeli dari kami benar-benar ampuh. Padahal semua jimat-jimat tersebut kami beli di toko secara kodian. Jeruk makan jeruk! (tertawa) Yah…… mungkin belas kasihan Allah pada mereka yang tertipu oleh ulah kami.  

Kabur dari Sarang Penipu
            Sebenarnya saya benar-benar sudah tidak kerasaan tinggal bersama mereka. Hati ini mulai bergejolak untuk meninggalkan pekerjaan terkutuk ini. Tapi tak mengerti, kepada siapa perasaan hati ini ditumpahkan. Hingga akhirnya, ada seseorang yang bisa saya ajak berbicara mengenai segala permasalah ini. Sebelumnya, dia termasuk salah seorang pembeli jimat dari kami.  Saya katakan kepadanya, bahwa jimat-jimat kami adalah palsu. Semua hanya tipuan belaka. Alhamdulillah, teman saya tersebut merespon segala keluh kesah saya. Allah menolong saya. Akhirnya saya bisa kabur dari rombongan para dukun penipu tersebut tanpa bekal apa-apa, kecuali pakaian yang menempel di badan. 
             Saya pun mulai pindah profesi sebagai tukang pahat nama, pada piring dan sendok, bersama Mas Yayid yang telah berjasa menolong saya keluar dari sindikat penjual jimat palsu.  Saat itu kami mengumpulkan sedikit demi sedikit rezeki yang kami peroleh dari usaha tersebut. Awalnya kami masuk kota Magetan, terus pindah dari kota satu ke kota lainnya. Sampai terakhir di kota Babad. Mas Yayid kemudian jatuh sakit. Dia ingin sekali pulang ke rumahnya di Magetan. Uang yang sudah terkumpul Rp 625.000, saya berikan kepadanya untuk pulang dan berobat (Andri menangis-terdiam agak lama). Sementara, saya hanya minta Rp 25.000 saja, untuk sekadar bisa bertahan hidup. Walau begitu, saya sangat bersyukur, karena ini adalah rezeki dari pekerjaan yang halal. Saya kemudian kembali ke kampung halaman, dengan membawa uang Rp 25.000, dari hasil bekerja selama 2 tahun.  

Pertemuan dengan dukun lain.
             Setelah mengangur selama delapan bulan di Kampung. Saya  bertemu dengan seorang saudara dekat yang berprofesi sebagai guru ngaji di daerah Temanggung. Saya ceritakan masa lalu yang penuh dengan dosa kepadanya. Hingga akhirnya dia menawarkan saya untuk belajar ilmu yang sejati, ilmu yang datang langsung dari Allah. Karena merasa banyak dosa, saya sangat gembira ketika ditawari untuk belajar ilmu tersebut. Saya putuskan untuk belajar ilmu yang suci tersebut, dengan harapan semoga ini bisa menebus dosa-dosa saya yang lalu. Saya bergumam.
            Tepat jam 24.00 tengah malam. Saya berada di rumah saudara di Temanggung. Saya diminta meminum segelas air putih yang telah dibacakan doa-doa olehnya. Semula, saya sama sekali tidak bereaksi. Sampai saya berpikir, ini akibat dosa-dosa yang kelewat banyak.  Menjelang  pukul 3 pagi, tiba-tiba tangan saya bergerak-gerak naik-turun dengan sendirinya. Begitu mengetahui hal tersebut, saya langsung sujud syukur seraya berterima kasih kepada Allah karena telah mengabulkan keinginan saya.
            Sebelum pulang dari Temanggung, saya diberikan amalan-amalan khusus. Saudara saya tersebut bilang, "Jika kamu benar-benar ikhlas mewiridkan amalan-amalan ini, kamu akan bisa segalanya. Jangankan menghilang, merayap ke dinding seperti cicak pun kamu bisa." Betapa bersyukurnya hati ini, karena dulu punya ilmu bohongan kini ilmu sungguhan.
            Amalan demi amalan saya wiridkan dengan seksama, tanpa ada rasa beban apalagi bosan. Shalat wajib tak pernah terlewatkan. Karena shalat termasuk sarat yang harus dikerjakan, untuk memperdalam ilmu tersebut. Peningkatan ilmu saya rasakan sangat pesat sekali. Saya bisa menebak benda-benda dengan mata tertutup. Menebak jumlah barang yang sebelumnya belum pernah saya hitung, juga bisa. Kalau dulu dengan mempergunakan sandi, sekarang benar-benar murni perasaan batin dan gerakan tangan yang datang secara tiba-tiba dan hasilnya tepat.
Wirid pun semakin saya tingkatkan. Seiring dengan itu, gejala-gejala aneh mulai muncul menyeruak di sekujur tubuh saya. Saat sedang berdzikir, tiba-tiba tangan saya bergerak melepas semua pakaian. Setelah itu saya melumuri tubuh dengan air ludah sendiri. Gerakan itu terus saya ikuti, tak kuasa untuk memberhentikannya. Pernah juga, ketika sedang wiridan, secara tiba-tiba datang bau harum yang kemudian berubah menjadi bau busuk yang menusuk hidung. Bukannya takut, saya malah senang dengan semua peristiwa tersebut. Saya berpikir, ini termasuk bagian dari ilmu Allah yang saya pelajari.
            Semakin lama, semakin bertambah pula ilmu yang saya punya. Pernah ada seorang yang sakit perut. Ia sampai berguling-guling. Ketika saya obati dengan membaca wirid-wirid yang ditiupkan ke dalam air, orang tersebut langsung sembuh setelah meminum air tersebut. Tak hanya itu, dengan membaca wirid saya bisa membuat keris berdiri dengan sendirinya. Saya pun bisa bermain catur dengan mata tertutup. Bahkan pernah juara 1 lomba catur tingkat desa. Padahal, sebelumnya saya kurang bisa bermain catur.
            Saking mantapnya dengan ilmu yang saya miliki, saya semakin PD dan mencoba menangkap hantu. Tiba-tiba kaki saya melangkah menuju sebuh pohon besar di sebelah utara kampung. Seketika itu, tangan saya seperti tarik menarik dengan kekuatan lain. Saya rasakan seperti ular yang meliuk-liuk.  Kejadian seperti itu, berlangsung selama satu jam.
            Sebut saja Mbah Brojo (nama samaran), ‘orang pintar’ yang berada di kampung saya. Ia mengatakan, bahwa saya diikuti oleh ratu jin. Akhirnya, saya sering konsultasi dengannya. Sampai suatu hari, ketika ia membackingi pemilihan lurah di sebuah daerah, saya diajak untuk membantunya. Saat itu saya dikenalkan dengan seorang dukun dari Solo, yang katanya sudah sering keluar masuk istana Ratu Kidul. Oleh dukun tersebut, saya diajak pergi ke Boyolali. Saat itu, saya boleh dikatakan sebagai seorang dukun sakti. Awalnya untuk menolong orang saja, tetapi entahlah ketika orang memberikan imbalan atas jasa yang saya lakukan, ya saya terima saja.
            Di Boyolali, ternyata dukun tersebut sudah banyak dikenal warga sekitar. Ketika kami di sana, banyak yang datang meminta penyembuhan dan banyak pula yang meminta pengisian benda-benda pusaka. Sebenarnya untuk mengisi benda, hanya pakai doa-doa biasa. Setelah dibacakan doa, benda-benda yang telah diisi bisa bergerak sendiri. Doa-doa tersebut saya dapatkan saat di Temanggung. Dari Boyolali saya kembali ke kampung. Kemudian ada yang menawarkan kerja di Kalimantan. Akhirnya saya terima tawaran itu, hitung-hitung cari pengalaman. Di Kalimantan, saya bekerja di pabrik kayu lapis. Menurut cerita orang-orang di sana, di belakang pabrik tempat saya bekerja, sering muncul hantu pocong. Sebagai orang yang merasa punya ilmu, saya merasa bertanggung jawab untuk menyingkirkan hantu itu, agar tidak lagi menggangu orang di sana. Saya melakukan persiapan untuk menangkap hantu tersebut. Tetapi belum sempat melaksanakan niat saya itu, tiba-tiba badan saya panas sekali. Bahkan saya dilarikan ke rumah sakit. Sebelumnya saya mencoba mengobati dengan ilmu yang saya punya, tapi hasilnya nihil. Beberapa hari di rumah sakit, akhirnya saya sembuh juga. Setelah itu, saya memutuskan untuk pulang ke Jawa.
            Saat tiba di Jawa, saya mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Tahun 2001, saya diterima bekerja di perusahaan tersebut. Entahlah, sedikit demi sedikit saya mulai melupakan ilmu saya. Shalat pun mulai merasa malas. Amalan wirid juga berangsur terlupakan. Sebenarnya rasa malas itu sudah muncul, saat saya mengobati penyakit saya di Kalimantan, namun tidak sembuh-sembuh. Saya sendiri tidak tahu mengapa saya jadi begini.

Mulai datang gangguan penyakit               
            Seiring berjalannya waktu. Satu-dua penyakit mulai menghampiri diri saya. Tiba-tiba dada ini sering sesak. Dokter mengatakan tidak ada kerusakan pada paru-paru saya. Belum sembuh penyakit yang pertama, lalu muncul lagi penyakit berikutnya yang lebih aneh. Tiba-tiba badan saya terasa sakit semuanya. Rasanya sakit sekali. Jika penyakit yang satu ini kumat, saya tak bisa apa-apa. Hanya bisa rebahan di lantai. Puluhan dokter juga ‘orang pintar’ saya datangi. Tapi tak satu pun yang dapat menyembuhkan penyakit saya. Ilmu yang dahulu saya pelajari di Temanggung, seakan-akan tak berfungsi sama sekali. Saya menyerah tak mampu lagi berbuat apa-apa. Belum selesai penderitaan yang saya rasakan, sudah datang penyakit lainnya yang lebih parah. Dokter mendiagnosa, bahwa saya terkena penyakit Impotensi. Saya lemas tak berdaya. Saya sama sekali tak merasakan gairah hidup, jika penyakit terakhir ini tak bisa disembuhkan. Dalam pergulatan jiwa yang hampir putus asa, saya dipertemukan oleh Allah dengan beberapa teman yang ‘beraqidah baik’. Saya ditawarkan untuk menjalani terapi ruqyah. Tetapi saya menolak karena itu tak masuk akal. Boolshitt saja semuanya.
            Sampai akhirnya, sebuah majalah yang bertuliskan mengimani yang ghoib sesuai syari’at, tertinggal di meja kerja seorang teman. Kubaca semua isinya, awalnya hanya iseng saja. Hati sedikit bergejolak. Ketika saya membaca tentang ruqyah di majalah itu. Hati ini mulai bimbang, antara percaya dan tidak. Suatu hari, saya meminta kepada teman-teman untuk mengantarkan ke rumah seorang ustdaz untuk diterapi ruqyah. Keputusan ini saya pertimbangkan dengan merenung sangat lama. Ketika diruqyah, ternyata saya benar-benar diikuti oleh jin. Saat diruqyah pertama kali, delapan orang yang memegangi saya, terpental karena reaksi yang saya alami. Jin itu mengaku dari Temanggung. Jin itu juga mengaku, bahwa yang membuat saya mempunyai ilmu kesaktian adalah dia juga. Saya benar-benar tertipu. Ya kembali saya tertipu…..mungkin ini azab Allah untuk saya.
            Setelah diruqyah hampir 10 kali. Allah telah menyembuhkan semua penyakit saya. Dan sekarang Allah telah menitipkan seorang putri cantik sebagai belahan jiwa. Selain  bekerja di perusahaan, saya juga mengikuti kegiataan kajian keislaman di sana. Semoga ini bisa menjadi bekal untuk hidup yang lebih berarti. Ya Allah berilah saya kemampuan dan kesempatan untuk mendidik keluarga, agar menjadi keluarga yang sakinah.………hidup adalah ujian!









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya kelabuhi pasien dengan Energi baterai

Perdukunan penuh dengan kebohongan? Itulah pengalaman hidup yang dijalani Ipon, seorang dukun yang kini telah bertaubat. Dengan berbagai tri...