Sabtu, 02 Mei 2020

Keghaiban Pahala Puasa




عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ الزَّيَّاتِ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- يَقُولُ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ... (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abu Shalih az-Zayyat, ia telah mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda bahwa Allah telah berkata, ‘Setiap amal ibadah anak cucu Adam itu untuknya, kecuali puasa. Karena (puasa) itu untuk saya, dan saya sendiri yang akan membalasnya…’.” (HR. Bukhari, no. 1771. Muslim, no. 1942).

Suatu ibadah kaitannya sangat erat dengan pahala dan dosa. Bagi siapa saja –laki atau perempuan- yang melaksanakan ibadah kepada Allah secara benar, maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah sebagaimana yang telah Dia janjikan. Dan siapa saja yang meninggalkan ibadah yang telah Allah perintahkan, maka ia akan mendapatkan dosa dan siksa yang pedih dari Allah sebagaimana yang Dia ancamkan.

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتَ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُوْنَ نَقِيْراً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. an-Nisa’: 124).
Dan ibadah yang dilakukan oleh seorang mukmin atau mukminah, tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan dibalas dengan pahala yang dijanjikanya, kecuali bila ibadah itu memenuhi dua syarat pokok. Pertama, ibadah itu dilaksanakan sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagaimana yang disabdakan rasulullah dalam haditsnya.
Rasulullah bersabda.

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِي اللَّه عَنْهَا- قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ. (رواه البخاري)

Aisyah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru dalam perkara kami ini (ibadah) yang tidak ada tuntunannya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari, no. 2499).
Dalam riwayat lain.

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِي اللَّه عَنْهَا- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)  

Aisyah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa melakukan amal ibadah yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.” (HR. Muslim, no. 3243).



Kedua, ibadah itu dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah. Apabila ibadah itu dilaksanakan karena selain Allah, maka itu adalah bentuk dari kesyirikan yang pelakunya akan dilaknat dan dimurkai Allah. Ibadah orang tersebut tidak akan diterima oleh Allah, bahkan sebaliknya, pelakunya akan mendapat dosa dan siksa dari-Nya.
Allah berfirman.

وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللَّهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ

 

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5).

Rasulullah bersabda.

عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُول:ُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ -رَضِي اللَّه عَنْه- عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (رواه البخاري)

‘Alqamah bin Waqqas al-Laitsi berkata, “Aku telah mendengar Umar bin Khatthab berkata di mimbar, ‘Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu (mendapat balasan) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang diharapkannya, atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (akan dibalas) sesuai dengan niat hijrahnya tersebut’.” (HR. Bukhari, no. 1).

Puasa Termasuk Ibadah Utama

Puasa adalah menahan lapar dan haus serta hal-hal yang membatalkannya dengan niat ibadah, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa ada yang hukumnya wajib seperti puasa Ramadhan,dan ada yang sunnah seperti puasa hari Senin dan Kamis serta puasa sunnah lainnya. Puasa Ramadhan termasuk ibadah yang paling utama, karena ia termasuk salah satu dari rukun Islam yang lima.
Rasulullah bersabda.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ -رَضِي اللَّه عَنْهمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري)

Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Islam didirikan di atas lima pondasi; Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji (bagi yang mampu) dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari, no. 7).
Dalam riwayat lain.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقَالَ: دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ، وَتُؤَدِّيْ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ. قَالَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لاَ أَزِيْدُ عَلَى هَذَا. فَلَمَّا وَلَّى، قَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا. (رواه البخاري)

Abu Hurairah berkata, “Ada seorang badui datang ke Rasulullah. Ia bertanya, ‘Tunjukkanlah kepada amal ibadah yang apabila aku laksanakan, ibadah itu akan menyebabkanku masuk surga. Rasulullah bersabda, ‘Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun, dirikanlah shalat yang diwajibkan (lima waktu), tunaikanlah zakat yang diwajibkan, puasalah bulan Ramadhan.’ Lalu ia berkata, ‘Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, saya tidak akan menambahnya, cukuplah bagiku ibadah tersebut.’ Ketika orang itu berpaling (pergi), Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang ingin melihat seorang penghuni surga, lihatlah orang tadi’.” (HR. Bukhari, no. 1310).

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَالصَّلاَةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ. فَمَنْ تَرَكَ وَاحِدَةً مِنْهُنَّ كَانَ كَافِرًا حَلاَلَ الدَّمِ... (رواه الطبراني)

Rasulullah bersabda, “Islam dibangun atas lima perkara. Di antaranya, bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, shalat, dan puasa Ramadhan. Barangsiapa meninggalkan salah satunya, maka ia kafir, halal darahnya…” (HR. Thabrani, dan al-Haitsami menyatakan sanadnya hasan. Lihat Kitab Majma’uz Zawaid: 1/ 47).


Kemurahan Allah Kepada Hamba-Nya

Allah memang Maha Pengasih dan Maha Pemurah, tidak hanya kepada orang mukmin tapi juga kepada orang kafir, sehingga orang-orang kafir yang hidup di dunia ini juga mendapatkan rizki dari-Nya, dan mendapatkan kesempatan untuk menikmati indahnya dunia yang diciptakan-Nya beserta isinya sepanjang hayat. Karena di mata Allah, kenikmatan duniawi yang kita rasakan di dunia ini nilainya lebih murah dan lebih rendah daripada sayap seekor nyamuk.
Rasulullah bersabda.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ. (رواه الترمذي)

Sahl bin Sa’ad berkata, “Rasulullah bersabda, “Seandainya kenikmatan duniawi di sisi Allah nilainya setara dengan sayap seekor nyamuk, maka Allah tidak akan memberi minum orang-orang kafir walau hanya dengan setetas air.” (HR. Tirmidzi, no. 2242 dan dishahihkannya). 
Tetapi kasih sayang Allah kepada orang-orang kafir hanya di dunia saja, kalau sampai akhir hayatnya mereka tidak mau beriman kepada Allah dengan benar, maka mereka akan mendapatkan siksa dan adzab-Nya atas pembangkangan yang mereka lakukan sewaktu di dunia. Tidak ada sedikitpun kenikmatan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang kafir di akhirat kelak, walau hanya secuil makanan atau setetes minuman.
Allah berfirman.

وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيْضُواْ عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِيْنَ

“Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: ‘Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu’. Mereka (penghuni surga) menjawab: ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.’ (QS. al-A’raf: 50).
Kemurahan dan kasih sayang Allah kepada orang-orang mukmin tidak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat nanti. Bahkan Allah akan membalas kebaikan dan ketaatan mereka di dunia dengan balasan yang berlipat-lipat. Namun apabila orang-orang mukmin tersebut melakukan kesalahan dan kekhilafan di dunia, dan sampai akhir hayat mereka di dunia belum sempat bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa itu jika Allah menghendaki (selain dosa syirik), atau Allah akan membalasnya sesuai bobot keburukan dan dosa yang mereka lakukan, tidak lebih. Itulah rahmat Allah terhadap kaum mukmin, itulah kasih sayang-Nya yang luas tak terbatas.
Simaklah bentuk kasih sayang dan kemurahan Allah melalui riwayat berikut ini.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِي اللَّه عَنْهمَا- عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِيْمَا يَرْوِيْ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ. فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً. فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ. وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً. فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً. (رواه البخاري ومسلم)

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah menentukan keburukan dan kebaikan, lalu Dia memberikan penjelasannya. Barangsiapa yang bermaksud mengerjakan kebaikan, dan ternyata belum bisa melaksanakanannya, maka Allah telah menulis untuknya bahwa orang tersebut telah mendapatkan satu kebaikan yang sempurna. Dan apabila ia bermaksud melaksanakan kebaikan dan ternyata ia berhasil melaksanakannya, maka Allah akan memberikan untuknya sepuluh kebaikan, bahkan Dia melipatgandakannya menjadi tujuh ratus kali lipat atau sampai kelipatan yang banyak. Tapi apabila ia bermaksud melakukan keburukan dan ternyata ia tidak jadi melaksanakannya, maka Allah menulis untuknya satu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia bermaksud melaksanakan keburukan dan ternyata ia maelaksanakannya, maka Allah menulis untuk-Nya satu keburukan saja’." (HR. Bukhari, no. 6010.  Muslim, no. 187).
Lihatlah, betapa murahnya Allah dalam memperlakukan hamba-hamba-Nya. Betapa luasnya rahmat Allah terhadap kebaikan dan ketaatan yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Betapa tolerannya Allah atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan dan kekhilafan kita tidak Dia balas kecuali bila benar-benar sudah kita kerjakan. Sedangkan dalam hal kebaikan, niat berbuat baik saja sudah dihitung sebagai pahala. Dan kalau niat baik itu kita realisasikan, maka pahalanya akan dilipatgandakan sepuluh kali, bahkan kalau Dia menghendaki akan ditambah lagi menjadi 700 kali lipat, bahkan lebih banyak dari kelipatan tersebut. 

Balasan bagi Orang yang Berpuasa

Banyak sekali bentuk ibadah yang pahalanya telah diberitahukan oleh Allah dan rasul-Nya saat ibadah itu dilaksanakan seorang hamba, baik laki-laki maupun perempuan. Dan pahala ibadah tersebut kebanyakan berupa ampunan dosa-dosa yang dimiliki hamba tersebut. Misalnya, ibadah shalat, zakat, shadaqah, haji, I’tikaf, membaca al-Qur’an dan lain sebagainya.
Rasulullah bersabda.

عَنْ عُثْمَانَ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ: مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ، فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ، مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً، وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ. (رواه ومسلم)

Utsman bin Affan berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim ketika tiba waktu shalat wajib (lima waktu), lalu ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, melaksanakan (shalat) dengan khusu’, ruku’nya sempurna, kecuali hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosanya yang telah berlalu, selama ia tidak melakukan dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang masa.” (HR. Muslim, no. 335).
Begitu juga pahala ibadah puasa, kebanyakan balasan yang akan diberikan Allah kepadanya adalah rontoknya dosa-dosa orang-orang yang berpuasa. Agar pemahaman kita lebih jelas, marilah kita simak beberapa riwayat hadits berikut, yang menceritakan sebagian balasan yang akan diterima oleh orang-orang yang berpuasa. Baik itu puasa sunnah atau puasa Ramadhan. Sedangkan pahala khususnya, masih merupakan bagian dari keghaiban yang tidak bisa kita ketahui bentuk dan rupanya.
Rasulullah bersabda.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ -رَضِي اللَّه عَنْه- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-... سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. (رواه ومسلم)  

Abu Qathadah berkata, “Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di hari Arafah. Beliau menjawab, ‘Puasa hari itu menghapusdosa setahun yang berlalu dan yang akan datang.’” (HR. Muslim, no. 1977).
Dalam hadits lainnya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ -رَضِي اللَّه عَنْه- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-... سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. (رواه ومسلم)

Abu Qathadah berkata, “Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di hari Asyura. Beliau menjawab, ‘Puasa hari itu menghapus dosa setahun yang berlalu’.” (HR. Muslim, no. 1977).
Dalam riwayat lain.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البخاري ومسلم)

“Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman (yang benar) dan ikhlas (karena Allah), maka ia akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 1268).

Keghaiban Ibadah Puasa

Namun ada yang berbeda dengan pahala yang akan diperoleh orang yang puasa secara benar. Di samping balasan dari Allah bagi orang yang berpuasa berupa pengampunan dosa-dosanya, ternyata Allah akan memberikan tambahan bonus khusus bagi orang-orang yang taat berpuasa. Pahala itu dirahasiakan oleh Allah dan tidak diekspos jumlah dan bentuknya kepada para hamba-Nya, termasuk para nabi dan rasul.
Hanya Allah semata yang mengetahui balasan tambahan itu seperti apa, hanya Allah yang mengetahui bonus eksklusif berupa apa yang akan diterima oleh orang-orang yang taat berpuasa di akhirat kelak. Tambahan pahala dan bonus khusus itu adalah bagian dari keghaiban yang harus kita imani kebenarannya. Karena Allah sendiri telah menyatakannya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya.
 Rasulullah bersabda.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِيْ... (رواه البخاري ومسلم)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Allah telah berkata: ‘Puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya sendiri. Karena ia (orang yang puasa) telah meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumannya demi Aku…”. (HR. Bukhari, no. 6938 dan Muslim, no. 1946).
Dalam riwayat lain, Rasulullah mengabarkan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ... (رواه مسلم)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Setiap amal ibadah anak cucu Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan setara dengan sepuluh kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untu-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya sendiri, sebab ia telah meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku…’.” (HR. Muslim, no. 1945).
Selain riwayat hadits di atas, masih banyak riwayat hadits shahih lainnya yang diriwayatkan oleh para iamam hadits selain Imam Bukhari dan Imam Muslim. Yang mana dalam isi redaksi riwayat-riwayat tersebut, selalu disebutkan bahwa Allah telah menyatakan bahwa “Puasa itu khusus untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya.” Padahal di awal kalimat dalam sebagian riwayat telah disebutkan oleh Rasulullah, bahwa setiap amal ibadah (kebaikan dan ketaatan) yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah, dengan 10 kebaikan atau dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat.
Tapi di kalimat selanjutnya, Rasulullah menegaskan bahwa ada tambahan tersendiri dari Allah khusus sebagai bonus pahala bagi orang yang berpuasa. Tentunya ini merupakan kabar gembira dan sekaligus pemicu bagi kita semua agar lebih banyak melaksanakan ibadah puasa. Di samping puasa wajib (puasa Ramadhan), juga puasa-puasa yang telah disunnahkan dan diperintahkan oleh Rasulullah.

Semangat Puasa Para Shahabat
Kalau kita mau membuka kitab-kitab hadits yang telah ditulis oleh para ulama’-ulama’ besar, maka dalam rangkaian riwayat-riwayat hadits yang ada dalam kitab tersebut, akan kita jumpai beberapa riwayat yang mengungkap semangat yang besar pada diri para shahabat untuk beribadah puasa. Mereka merasa masih kuat kalau hanya melaksanakan puasa bulan Ramadhan. Mereka datang ke Rasulullah untuk meminta tambahan puasa-puasa yang lain (puasa-puasa sunnah).
Mereka sadar, bahwa orang yang berpuasa itu mempunyai posisi yang sangat mulia di sisi Allah. Mereka akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang mulia pula. Pahala mereka dilipatgandakan, dosa-dosa mereka diampunkan, nafsu-nafsu mereka terkendalikan, jiwa dan hati mereka disucikan, kehidupan mereka diberkahi, jalan hidup mereka disinari, dan kebutuhan hidup mereka dicukupi. Itulah janji Allah bagi orang-orang yang taat berpuasa, dan Allah tudak akan mengingkari janji-Nya.
Marilah kita belajar dari semangat para shahabat dalam menjalankan ibadah puasa, melalui beberapa riwayat berikut.

أَنَسُ بْنَ مَالِكٍ -رَضِي اللَّه عَنْه- يَقُوْلُ: جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا، فَقَالُوْا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّيْ أُصَلِّيْ اللَّيْلَ أَبَدًا. وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ. وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا. فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا وَاللَّهِ، إِنِّيْ َلأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّيْ وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ. (رواه البخاري)

Anas bin Malik berkata, “Telah datang tiga orang shahabat ke rumah istri-istri Rasulullah, mereka bertanya tentang bagaimana ibadah Rasulullah. Ketika mereka diberitahu, mereka memperbincangkannya. Lalu mereka berkata, ‘Ibadah kami tidak ada apa-apa dibanding Rasulullah, padahal beliau adalah sosok yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu maupun yang akan datang.’ Salah seorang dari mereka berkata, ‘Adapun saya, saya akan shalat malam terus menerus’. Yang keduanya berkata, ‘Sedangkan saya, saya akan berpuasa terus-menerus dan tidak akan putus.’ Dan yang lainnya berkata, ‘Saya akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya.’
Kemudian datanglah Rasulullah menghampiri mereka. Beliau bersabda, ‘Kalian semua yang telah berbicara ini dan itu tadi? Ketahuilah, demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya daripada kalian. Meskipun begitu, aku tetap puasa dan juga berbuka (tidak puasa). Aku juga shalat dan juga tidur. Aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku’.” (HR. Bukhari, no. 4675).
Dalam riwayat lain.

عَنْ أَبِيْ نَوْفَلِ بْنِ أَبِيْ عَقْرَبٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنِ الصَّوْمِ. فَقَالَ: صُمْ يَوْمًا مِنَ الشَّهْرِ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! زِدْنِيْ زِدْنِيْ. قَالَ: صُمْ يَوْمَيْنِ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! زِدْنِيْ زِدْنِيْ إِنِّيْ أَجِدُنِيْ قَوِيًّا. فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَيَرُدُّنِيْ قَالَ: صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. (رواه النسائي وأحمد)

Dari Abu Naufal bin Abu ‘Aqrab, dari bapaknya, ia berkata, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang puasa (sunnah). Maka beliau menjawab, ‘Berpuasalah sehari dalam satu bulan. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, tambahlah, tambahlah’. Beliau bersabda, ‘Puasalah dua hari dalam setiap bulan’. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, tambahlah, tambahlah, aku merasa masih kuat.’ Maka rasulullah-pun diam sejenak, aku sempat mengira bahwa dia akan menyuruhku pergi. Lalu beliau bersabda, ‘Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan.’ (HR. Nasa’i, no. 2390 dan Ahmad, no. 18272).

عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا، أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ –صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ثُمَّ انْطَلَقَ، فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ، وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا تَعْرِفُنِيْ؟ قَالَ: وَمَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا الْبَاهِلِيُّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ. قَالَ: فَمَا غَيَّرَكَ؟ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ. قَالَ: مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ؟ ثُمَّ قَالَ: صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. قَال:َ زِدْنِيْ! فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً. قَالَ: صُمْ يَوْمَيْنِ. قَالَ: زِدْنِيْ! قَالَ: صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ. قَالَ: زِدْنِيْ. قَالَ: صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ! وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ، فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. (رواه أبو داود)

Mujibah al-Bahiliyyah berkata, “Bapaknya atau Pamannya pernah datang dan bertemu dengan Rasulullah. Lalu ia pergi, dan datang lagi kepadanya setelah setahun lamanya berpisah. Dan keadaannya telah berubah drastis. Lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mengenaliku lagi? Rasulullah menyahut, ‘Siapa kamu ini?’ Dia berkata, ‘Saya al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu.’ ‘Apa yang membuatmu penampilanmu berubah, padahal penampilanmu dulu sangat menarik’, anya Rasulullah. Dia menjawab, ‘Saya tidak pernah makan di waktu siang sejak berpisah denganmu setahun yang lalu (berpuasa tiap hari).’ Rasulullah berkata, ‘Kamu telah menyiksa dirimu sendiri.’ (Dalam riwayat Ahmad, no. 19435, pernyataan beliau ini diulang tiga kali, pen.).
Lalu beliau melanjutkan, ‘Puasalah di bulan kesabaran (Ramadhan), dan sehari setiap bulan.’ Dia berkata, ‘Tambahlah’. Beliau bersabda, ‘Puasalah tiga hari’. Dia berkata, ‘Tambahlah’. Beliau bersabda, ‘Berpuasalah di bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan, Berpuasalah di bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan, Berpuasalah di bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan.’ Beliau berkata begitu seraya mengumpulkan tiga jarinya lalu memisahkannya.’ (HR. Abu Daud, no. 2073. Ad-Dzahabi berkata, “Mujibah memang tidak dikenal, tetapi para perawi lainnya terpercaya).
Yang dimaksud dengan bulan-bulan mulia itu adalah bulan Rajab, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Begitulah semangat para shahabat yang membara dalam melaksanakan perintah-perintah Rasulullah. Sehingga terkadang berlebihan, dan Rasulullah pun langsung meluruskannya.
Kalau mereka malu diri setaelah mengetahui hebatnya ibadah Rasulullah, seharusnya sekarang kita juga malu diri bila melihat semangat ibadah mereka, terutama dalam melaksanakan ibadah puasa. Di mana posisi kita dalam ketaatan dan kebaikan, bila dibanding para shahabat Rasulullah yang mulia itu? Apakah ibadah puasa Ramadhan kita sudah optimal? Apakah puasa sunnah kita sudah maksimal?

Keutamaan Orang yang Taat Berpuasa

Orang yang berpuasa adalah orang yang berjihat di jalan Allah. Ia memerangi hawa nafsunya dan menundukkan syahwatnya demi menjalankan perintah Allah. Ia tidak hanya mencegah dirinya dari makanan dan minuman yang haram, tapi ia juga mengendalikan keinginnannya untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang halal di siang Ramadhan, serta berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi pahalanya di siang Ramadhan. Sungguh merupakan perjuangan yang berat, dan hanya orang-orang yang punya keimanan dan semangat juang yang kuat yang mampu menunaikannya. Itulah bdari kesabaran untuk menunaikan apa yang telah diperintahkan Allah.
Pantaslah, kalau Allah membalas orang-orang yang taat berpuasa sebagaimana yang Dia perintahkan, dengan balasan yang melebihi ibadah-ibadah lainnya. Dan balasan tersebut hanya Allah yang mengetahuinya, karena ia menjadi rahasia ilahi. Di samping itu Allah juga menjadikan keutamaan-keutamaan yang sangat tinggi nilainya bagi hamba-hamba-Nya yang taat berpuasa. Keutamaan-keutamaan tersebut di antaranya adalah.

  1. Diampuni dosa-dosanya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ –رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البخاري ومسلم)

“Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman (yang benar) dan ikhlas (karena Allah), maka ia akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 1268).

  1. Dijauhkan dari siksa neraka

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ –رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ –صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ: مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيفًا. (رواه البخاري ومسلم)

Abu Sa’id al-Khudry berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah (karena Allah), maka Allah akan menjauhkan dirinya dari api neraka selama tujuh puluh musim’.” (HR. Bukhari, no. 2628 dan Muslim, no. 1949).

  1. Mendapatkan balasan yang tak ternilai

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ... (رواه مسلم)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Setiap amal ibadah anak cucu Adam akan dilipatgandakan (balasannya). Kebaikannya akan dibalas dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipatnya. Allah telah berkata, ‘Kecuali puasa, karena puasanya itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya sendiri…”. (HR. Muslim, no. 1945. Tirmidzi, no. 695 dan Ibnu Majah, no. 1628).

  1. Mendapat syafaat dari puasanya

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو -رَضِي اللَّه عَنْهما- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ. (رواه أحمد)

Abdullah bin ‘Amr berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Puasa dan al-Qur’an akan datang memberi syafaat untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah mencegahnya untuk makan dan menuruti syahwatnya di siang hari, maka berilah hak untuk memberinya syafaat. Al-Qur’an juga berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya untuk tidur pada malam hari, maka berilah aku hak untuk memberinya syafaat. Rasulullah melanjutkan, ‘Maka keduanya pun memberi syafaat’.’ (HR. Ahmad, no. 6337 dan dishahihkan al-Albani).

  1. Mendapat jaminan masuk surga

إِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِيْنَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِيْنَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِيْنَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِيْنَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِيْنَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِيْنَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللَّهَ كَثِيْراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيْماً

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35).

  1. Memasuki surga melalui pintu spesial

عَنْ سَهْلٍ -رَضِي اللَّه عَنْه- عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ. يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ؟ فَيَقُومُونَ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ. فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ. (رواه البخاري ومسلم)

Sahl berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan “ar-Rayyan”. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang taat berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut. dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka. (di surga itu dikatakan), “Mana orang yang taat berpuasa”. Maka mereka pun memasukinya, dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Apabila mereka telah masuk, maka ditutuplah pintu tersebut bagi yang lain.” (HR. Bukhari, no. 1763 dan Muslim, no. 1947).

  1. Terkendali hawa nafsunya

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ. وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ... (رواه البخاري ومسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Puasa itu benteng, maka hendaklah orang yang puasa tidak berkata kotor (jorok) dan tidak berbuat bodoh. Apabila ada orang yang memusuhinya atau mencelanya, hendaklah ia memberitahunya dengan mengatakan, ‘Saya sedang puasa’, ‘Saya sedang puasa’… (HR. Bukhari, no. 1761 dan Muslim, no. 1941).

  1. Masuk golongan orang yang amanah

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: إِنَّ الصَّوْمَ أَمَانَةٌ، فَلْيَحْفَظْ أَحَدُكُمْ أَمَانَتَهُ. (أخرجه الخرائطي بإسناد حسن)

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya puasa itu adalah amanah, maka hendaklah kalian menunaikan amanahnya.” (HR. al-Kharaithi dengan sanad yang baik. Lihat Ihya’ Ulumuddin, tahqiqnya Sayyid ‘Imran: 1/  310).

  1. Mendapatkan dua kebahagian

أََبُوْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. (رواه البخاري ومسلم)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘…Bagi orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan yang membuatnya bahagia. Kebahagiaan saat berbuka puasa dan kebahagiaan saat bertemu dengan Allah dengan pahala puasanya.” (HR. Bukhari, no. 1771 dan Muslim, no. 1944).

  1. Mendapatkan bonus eksklusif

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ. الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ. يَقُولُ اللَّهُ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ... (رواه ابن ماجة)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Setiap amal ibadah anak cucu Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan setara dengan sepuluh kebaikan sampai 700 kali lipat sesuai yang dikehendaki Allah. Dia telah berkata, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untu-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya sendiri, sebab ia telah meninggalkan syahwat dan makannya karena mengikuti perintah-Ku…’.” (HR. Ibnu Majah, no. 1628).
Ya Allah jadikanlah kami temasuk golongan hamba-hamba-Mu yang taat berpuasa. Dan berilah kami peluang untuk memasuki surgamu melalui pintu ar-Rayyan. Dan berilah kesempatan bagi kami di akhirat kelak, untuk mengetahui bentuk balasan dan pahala puasa yang selama ini Engkau rahasiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya kelabuhi pasien dengan Energi baterai

Perdukunan penuh dengan kebohongan? Itulah pengalaman hidup yang dijalani Ipon, seorang dukun yang kini telah bertaubat. Dengan berbagai tri...