عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ الزَّيَّاتِ،
أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
يَقُولُ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ،
فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ... (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Shalih az-Zayyat, ia telah mendengar Abu
Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda bahwa Allah telah berkata, ‘Setiap amal
ibadah anak cucu Adam itu untuknya, kecuali puasa. Karena (puasa) itu untuk saya,
dan saya sendiri yang akan membalasnya…’.” (HR. Bukhari, no. 1771. Muslim, no.
1942).
Suatu ibadah kaitannya sangat
erat dengan pahala dan dosa. Bagi siapa saja –laki atau perempuan- yang
melaksanakan ibadah kepada Allah secara benar, maka ia akan mendapatkan pahala
dari Allah sebagaimana yang telah Dia janjikan. Dan siapa saja yang
meninggalkan ibadah yang telah Allah perintahkan, maka ia akan mendapatkan dosa
dan siksa yang pedih dari Allah sebagaimana yang Dia ancamkan.
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ
الصَّالِحَاتَ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـئِكَ يَدْخُلُوْنَ
الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُوْنَ نَقِيْراً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal
saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka
itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS.
an-Nisa’: 124).
Dan ibadah yang dilakukan oleh
seorang mukmin atau mukminah, tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan
dibalas dengan pahala yang dijanjikanya, kecuali bila ibadah itu memenuhi dua
syarat pokok. Pertama, ibadah itu dilaksanakan sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagaimana yang disabdakan rasulullah dalam
haditsnya.
Rasulullah bersabda.
عَنْ
عَائِشَةَ -رَضِي
اللَّه عَنْهَا- قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ. (رواه البخاري)
Aisyah berkata, “Rasulullah
bersabda, ‘Barangsiapa mengadakan sesuatu yang baru dalam perkara kami ini
(ibadah) yang tidak ada tuntunannya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari, no.
2499).
Dalam riwayat lain.
عَنْ
عَائِشَةَ -رَضِي
اللَّه عَنْهَا- أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ
عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. (رواه مسلم)
Aisyah berkata, “Rasulullah
bersabda, ‘Barangsiapa melakukan amal ibadah yang tidak kami perintahkan, maka
ia tertolak.” (HR. Muslim, no. 3243).
Kedua, ibadah itu
dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah. Apabila ibadah itu dilaksanakan karena
selain Allah, maka itu adalah bentuk dari kesyirikan yang pelakunya akan
dilaknat dan dimurkai Allah. Ibadah orang tersebut tidak akan diterima oleh
Allah, bahkan sebaliknya, pelakunya akan mendapat dosa dan siksa dari-Nya.
Allah berfirman.
وَمَا
أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللَّهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
al-Bayyinah: 5).
Rasulullah bersabda.
عَلْقَمَةَ
بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُول:ُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ -رَضِي
اللَّه عَنْه-
عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (رواه البخاري)
‘Alqamah bin Waqqas al-Laitsi berkata, “Aku
telah mendengar Umar bin Khatthab berkata di mimbar, ‘Saya telah mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya seseorang itu (mendapat balasan) sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang diharapkannya, atau karena wanita yang
akan dinikahinya, maka hijrahnya (akan dibalas) sesuai dengan niat hijrahnya
tersebut’.” (HR. Bukhari, no. 1).
Puasa Termasuk Ibadah Utama
Puasa adalah menahan lapar dan haus serta hal-hal
yang membatalkannya dengan niat ibadah, dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari. Puasa ada yang hukumnya wajib seperti puasa Ramadhan,dan ada yang
sunnah seperti puasa hari Senin dan Kamis serta puasa sunnah lainnya. Puasa
Ramadhan termasuk ibadah yang paling utama, karena ia termasuk salah satu dari
rukun Islam yang lima.
Rasulullah bersabda.
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ -رَضِي اللَّه عَنْهمَا-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري)
Abdullah bin Umar berkata,
“Rasulullah bersabda, ‘Islam didirikan di atas lima pondasi; Bersaksi bahwa
tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji (bagi yang mampu) dan puasa
bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari, no. 7).
Dalam riwayat lain.
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ-
فَقَالَ: دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ:
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ
الْمَكْتُوبَةَ، وَتُؤَدِّيْ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ.
قَالَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لاَ أَزِيْدُ عَلَى هَذَا. فَلَمَّا وَلَّى،
قَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ
إِلَى هَذَا. (رواه
البخاري)
Abu Hurairah berkata, “Ada seorang badui datang ke
Rasulullah. Ia bertanya, ‘Tunjukkanlah kepada amal ibadah yang apabila aku
laksanakan, ibadah itu akan menyebabkanku masuk surga. Rasulullah bersabda,
‘Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun,
dirikanlah shalat yang diwajibkan (lima waktu), tunaikanlah zakat yang
diwajibkan, puasalah bulan Ramadhan.’ Lalu ia berkata, ‘Demi jiwaku yang ada
dalam genggaman-Nya, saya tidak akan menambahnya, cukuplah bagiku ibadah
tersebut.’ Ketika orang itu berpaling (pergi), Rasulullah bersabda,
‘Barangsiapa yang ingin melihat seorang penghuni surga, lihatlah orang tadi’.”
(HR. Bukhari, no. 1310).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَالصَّلاَةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ. فَمَنْ تَرَكَ
وَاحِدَةً مِنْهُنَّ كَانَ كَافِرًا حَلاَلَ الدَّمِ... (رواه الطبراني)
Rasulullah bersabda, “Islam dibangun atas lima
perkara. Di antaranya, bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah)
kecuali Allah, shalat, dan puasa Ramadhan. Barangsiapa meninggalkan salah
satunya, maka ia kafir, halal darahnya…” (HR. Thabrani, dan al-Haitsami
menyatakan sanadnya hasan. Lihat Kitab Majma’uz Zawaid: 1/ 47).
Kemurahan Allah Kepada Hamba-Nya
Allah memang Maha Pengasih dan
Maha Pemurah, tidak hanya kepada orang mukmin tapi juga kepada orang kafir,
sehingga orang-orang kafir yang hidup di dunia ini juga mendapatkan rizki
dari-Nya, dan mendapatkan kesempatan untuk menikmati indahnya dunia yang
diciptakan-Nya beserta isinya sepanjang hayat. Karena di mata Allah, kenikmatan
duniawi yang kita rasakan di dunia ini nilainya lebih murah dan lebih rendah
daripada sayap seekor nyamuk.
Rasulullah bersabda.
عَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ -رَضِي اللَّه عَنْه- قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى
كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ. (رواه الترمذي)
Sahl bin Sa’ad berkata, “Rasulullah bersabda,
“Seandainya kenikmatan duniawi di sisi Allah nilainya setara dengan sayap
seekor nyamuk, maka Allah tidak akan memberi minum orang-orang kafir walau
hanya dengan setetas air.” (HR. Tirmidzi, no. 2242 dan dishahihkannya).
Tetapi kasih sayang Allah kepada orang-orang kafir
hanya di dunia saja, kalau sampai akhir hayatnya mereka tidak mau beriman
kepada Allah dengan benar, maka mereka akan mendapatkan siksa dan adzab-Nya
atas pembangkangan yang mereka lakukan sewaktu di dunia. Tidak ada sedikitpun
kenikmatan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang kafir di akhirat kelak,
walau hanya secuil makanan atau setetes minuman.
Allah berfirman.
وَنَادَى
أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيْضُواْ عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ
أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى
الْكَافِرِيْنَ
“Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga:
‘Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah
kepadamu’. Mereka (penghuni surga) menjawab: ‘Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.’ (QS. al-A’raf: 50).
Kemurahan dan kasih sayang Allah
kepada orang-orang mukmin tidak hanya di dunia saja, tapi juga di akhirat
nanti. Bahkan Allah akan membalas kebaikan dan ketaatan mereka di dunia dengan
balasan yang berlipat-lipat. Namun apabila orang-orang mukmin tersebut
melakukan kesalahan dan kekhilafan di dunia, dan sampai akhir hayat mereka di
dunia belum sempat bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa itu jika
Allah menghendaki (selain dosa syirik), atau Allah akan membalasnya sesuai
bobot keburukan dan dosa yang mereka lakukan, tidak lebih. Itulah rahmat Allah
terhadap kaum mukmin, itulah kasih sayang-Nya yang luas tak terbatas.
Simaklah bentuk kasih sayang dan
kemurahan Allah melalui riwayat berikut ini.
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِي اللَّه عَنْهمَا-
عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
فِيْمَا يَرْوِيْ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ. فَمَنْ
هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً. فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ
عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ. وَمَنْ
هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً. فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً
وَاحِدَةً. (رواه
البخاري ومسلم)
Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah bersabda,
‘Sesungguhnya Allah telah menentukan keburukan dan kebaikan, lalu Dia memberikan
penjelasannya. Barangsiapa yang bermaksud mengerjakan kebaikan, dan ternyata
belum bisa melaksanakanannya, maka Allah telah menulis untuknya bahwa orang
tersebut telah mendapatkan satu kebaikan yang sempurna. Dan apabila ia
bermaksud melaksanakan kebaikan dan ternyata ia berhasil melaksanakannya, maka
Allah akan memberikan untuknya sepuluh kebaikan, bahkan Dia melipatgandakannya
menjadi tujuh ratus kali lipat atau sampai kelipatan yang banyak. Tapi apabila
ia bermaksud melakukan keburukan dan ternyata ia tidak jadi melaksanakannya,
maka Allah menulis untuknya satu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia bermaksud
melaksanakan keburukan dan ternyata ia maelaksanakannya, maka Allah menulis
untuk-Nya satu keburukan saja’." (HR. Bukhari, no. 6010. Muslim, no. 187).
Lihatlah, betapa murahnya Allah dalam memperlakukan
hamba-hamba-Nya. Betapa luasnya rahmat Allah terhadap kebaikan dan ketaatan
yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Betapa tolerannya Allah atas
kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kesalahan dan kekhilafan kita tidak Dia
balas kecuali bila benar-benar sudah kita kerjakan. Sedangkan dalam hal
kebaikan, niat berbuat baik saja sudah dihitung sebagai pahala. Dan kalau niat
baik itu kita realisasikan, maka pahalanya akan dilipatgandakan sepuluh kali,
bahkan kalau Dia menghendaki akan ditambah lagi menjadi 700 kali lipat, bahkan
lebih banyak dari kelipatan tersebut.
Balasan bagi Orang yang Berpuasa
Banyak sekali bentuk ibadah yang
pahalanya telah diberitahukan oleh Allah dan rasul-Nya saat ibadah itu dilaksanakan
seorang hamba, baik laki-laki maupun perempuan. Dan pahala ibadah tersebut
kebanyakan berupa ampunan dosa-dosa yang dimiliki hamba tersebut. Misalnya,
ibadah shalat, zakat, shadaqah, haji, I’tikaf, membaca al-Qur’an dan lain
sebagainya.
Rasulullah bersabda.
عَنْ
عُثْمَانَ -رَضِي
اللَّه عَنْه- قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
يَقُولُ: مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ، فَيُحْسِنُ
وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا
مِنَ الذُّنُوبِ، مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً، وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ. (رواه
ومسلم)
Utsman bin Affan berkata, “Saya mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim ketika tiba waktu shalat wajib
(lima waktu), lalu ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, melaksanakan
(shalat) dengan khusu’, ruku’nya sempurna, kecuali hal itu akan menjadi pelebur
dosa-dosanya yang telah berlalu, selama ia tidak melakukan dosa besar. Dan itu
berlaku sepanjang masa.” (HR. Muslim, no. 335).
Begitu juga pahala ibadah puasa, kebanyakan balasan
yang akan diberikan Allah kepadanya adalah rontoknya dosa-dosa orang-orang yang
berpuasa. Agar pemahaman kita lebih jelas, marilah kita simak beberapa riwayat
hadits berikut, yang menceritakan sebagian balasan yang akan diterima oleh
orang-orang yang berpuasa. Baik itu puasa sunnah atau puasa Ramadhan. Sedangkan
pahala khususnya, masih merupakan bagian dari keghaiban yang tidak bisa kita
ketahui bentuk dan rupanya.
Rasulullah bersabda.
عَنْ
أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ -رَضِي اللَّه عَنْه-
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-...
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
وَالْبَاقِيَةَ. (رواه ومسلم)
Abu Qathadah berkata, “Rasulullah pernah ditanya
tentang puasa di hari Arafah. Beliau menjawab, ‘Puasa hari itu menghapusdosa
setahun yang berlalu dan yang akan datang.’” (HR. Muslim, no. 1977).
Dalam hadits lainnya.
عَنْ
أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ -رَضِي اللَّه عَنْه-
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-...
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ.
(رواه
ومسلم)
Abu Qathadah berkata, “Rasulullah
pernah ditanya tentang puasa di hari Asyura.
Beliau menjawab, ‘Puasa hari itu menghapus dosa setahun yang berlalu’.” (HR.
Muslim, no. 1977).
Dalam riwayat lain.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ –رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه
البخاري ومسلم)
“Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda,
‘Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman (yang benar) dan ikhlas (karena
Allah), maka ia akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari, no. 37
dan Muslim, no. 1268).
Keghaiban Ibadah Puasa
Namun ada yang berbeda dengan
pahala yang akan diperoleh orang yang puasa secara benar. Di samping balasan
dari Allah bagi orang yang berpuasa berupa pengampunan dosa-dosanya, ternyata
Allah akan memberikan tambahan bonus khusus bagi orang-orang yang taat
berpuasa. Pahala itu dirahasiakan oleh Allah dan tidak diekspos jumlah dan
bentuknya kepada para hamba-Nya, termasuk para nabi dan rasul.
Hanya Allah semata yang
mengetahui balasan tambahan itu seperti apa, hanya Allah yang mengetahui bonus
eksklusif berupa apa yang akan diterima oleh orang-orang yang taat berpuasa di
akhirat kelak. Tambahan pahala dan bonus khusus itu adalah bagian dari
keghaiban yang harus kita imani kebenarannya. Karena Allah sendiri telah
menyatakannya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya.
Rasulullah bersabda.
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ،
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِيْ... (رواه
البخاري ومسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Allah
telah berkata: ‘Puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya sendiri.
Karena ia (orang yang puasa) telah meninggalkan syahwatnya, makanan dan
minumannya demi Aku…”. (HR. Bukhari, no. 6938 dan Muslim, no. 1946).
Dalam riwayat lain, Rasulullah mengabarkan.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى
سَبْعمِائَة ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ
لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ... (رواه
مسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Setiap
amal ibadah anak cucu Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan setara dengan sepuluh
kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu
untu-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya sendiri, sebab ia telah meninggalkan
syahwat dan makannya demi Aku…’.” (HR. Muslim, no. 1945).
Selain riwayat hadits di atas, masih banyak riwayat
hadits shahih lainnya yang diriwayatkan oleh para iamam hadits selain Imam
Bukhari dan Imam Muslim. Yang mana dalam isi redaksi riwayat-riwayat tersebut,
selalu disebutkan bahwa Allah telah menyatakan bahwa “Puasa itu khusus
untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya.” Padahal di awal kalimat dalam
sebagian riwayat telah disebutkan oleh Rasulullah, bahwa setiap amal ibadah
(kebaikan dan ketaatan) yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah, dengan 10
kebaikan atau dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat.
Tapi di kalimat selanjutnya, Rasulullah menegaskan
bahwa ada tambahan tersendiri dari Allah khusus sebagai bonus pahala bagi orang
yang berpuasa. Tentunya ini merupakan kabar gembira dan sekaligus pemicu bagi
kita semua agar lebih banyak melaksanakan ibadah puasa. Di samping puasa wajib
(puasa Ramadhan), juga puasa-puasa yang telah disunnahkan dan diperintahkan
oleh Rasulullah.
Semangat Puasa Para
Shahabat
Kalau kita mau membuka kitab-kitab hadits yang
telah ditulis oleh para ulama’-ulama’ besar, maka dalam rangkaian riwayat-riwayat
hadits yang ada dalam kitab tersebut, akan kita jumpai beberapa riwayat yang
mengungkap semangat yang besar pada diri para shahabat untuk beribadah puasa.
Mereka merasa masih kuat kalau hanya melaksanakan puasa bulan Ramadhan. Mereka
datang ke Rasulullah untuk meminta tambahan puasa-puasa yang lain (puasa-puasa
sunnah).
Mereka sadar, bahwa orang yang berpuasa itu
mempunyai posisi yang sangat mulia di sisi Allah. Mereka akan dibalas oleh
Allah dengan balasan yang mulia pula. Pahala mereka dilipatgandakan, dosa-dosa
mereka diampunkan, nafsu-nafsu mereka terkendalikan, jiwa dan hati mereka
disucikan, kehidupan mereka diberkahi, jalan hidup mereka disinari, dan
kebutuhan hidup mereka dicukupi. Itulah janji Allah bagi orang-orang yang taat
berpuasa, dan Allah tudak akan mengingkari janji-Nya.
Marilah kita belajar dari semangat para shahabat
dalam menjalankan ibadah puasa, melalui beberapa riwayat berikut.
أَنَسُ
بْنَ مَالِكٍ -رَضِي
اللَّه عَنْه-
يَقُوْلُ: جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ
النَّبِيِّ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ
تَقَالُّوْهَا، فَقَالُوْا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّيْ أُصَلِّيْ
اللَّيْلَ أَبَدًا. وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ.
وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا. فَجَاءَ
رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا
وَاللَّهِ، إِنِّيْ َلأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّيْ أَصُوْمُ
وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّيْ وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ
عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ. (رواه البخاري)
Anas bin Malik berkata, “Telah
datang tiga orang shahabat ke rumah istri-istri Rasulullah, mereka bertanya
tentang bagaimana ibadah Rasulullah. Ketika mereka diberitahu, mereka
memperbincangkannya. Lalu mereka berkata, ‘Ibadah kami tidak ada apa-apa
dibanding Rasulullah, padahal beliau adalah sosok yang telah diampuni
dosa-dosanya yang telah berlalu maupun yang akan datang.’ Salah seorang dari
mereka berkata, ‘Adapun saya, saya akan shalat malam terus menerus’. Yang
keduanya berkata, ‘Sedangkan saya, saya akan berpuasa terus-menerus dan tidak
akan putus.’ Dan yang lainnya berkata, ‘Saya akan menjauhi wanita dan tidak
akan menikah selamanya.’
Kemudian datanglah Rasulullah
menghampiri mereka. Beliau bersabda, ‘Kalian semua yang telah berbicara ini dan
itu tadi? Ketahuilah, demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada
Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya daripada kalian. Meskipun begitu, aku
tetap puasa dan juga berbuka (tidak puasa). Aku juga shalat dan juga tidur. Aku
juga menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka ia bukan termasuk
golonganku’.” (HR. Bukhari, no. 4675).
Dalam riwayat lain.
عَنْ
أَبِيْ نَوْفَلِ بْنِ أَبِيْ عَقْرَبٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ
اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنِ الصَّوْمِ. فَقَالَ: صُمْ يَوْمًا
مِنَ الشَّهْرِ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! زِدْنِيْ زِدْنِيْ. قَالَ: صُمْ
يَوْمَيْنِ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! زِدْنِيْ زِدْنِيْ
إِنِّيْ أَجِدُنِيْ قَوِيًّا. فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لَيَرُدُّنِيْ
قَالَ: صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. (رواه النسائي وأحمد)
Dari Abu Naufal bin Abu ‘Aqrab,
dari bapaknya, ia berkata, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang puasa
(sunnah). Maka beliau menjawab, ‘Berpuasalah sehari dalam satu bulan. Aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah, tambahlah, tambahlah’. Beliau bersabda, ‘Puasalah
dua hari dalam setiap bulan’. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, tambahlah,
tambahlah, aku merasa masih kuat.’ Maka rasulullah-pun diam sejenak, aku sempat
mengira bahwa dia akan menyuruhku pergi. Lalu beliau bersabda, ‘Berpuasalah
tiga hari dalam setiap bulan.’ (HR. Nasa’i, no. 2390 dan Ahmad, no. 18272).
عَنْ
مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا، أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ
اللَّهِ –صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ثُمَّ انْطَلَقَ، فَأَتَاهُ بَعْدَ
سَنَةٍ، وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَمَا تَعْرِفُنِيْ؟ قَالَ: وَمَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا الْبَاهِلِيُّ الَّذِيْ
جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ. قَالَ: فَمَا غَيَّرَكَ؟ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ. قَالَ: مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ؟ ثُمَّ قَالَ: صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ. قَال:َ زِدْنِيْ! فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً. قَالَ: صُمْ يَوْمَيْنِ.
قَالَ: زِدْنِيْ! قَالَ: صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ. قَالَ: زِدْنِيْ. قَالَ: صُمْ
مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ، صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ! وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ، فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. (رواه
أبو داود)
Mujibah al-Bahiliyyah berkata,
“Bapaknya atau Pamannya pernah datang dan bertemu dengan Rasulullah. Lalu ia
pergi, dan datang lagi kepadanya setelah setahun lamanya berpisah. Dan
keadaannya telah berubah drastis. Lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
engkau tidak mengenaliku lagi? Rasulullah menyahut, ‘Siapa kamu ini?’ Dia
berkata, ‘Saya al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu.’ ‘Apa yang
membuatmu penampilanmu berubah, padahal penampilanmu dulu sangat menarik’, anya
Rasulullah. Dia menjawab, ‘Saya tidak pernah makan di waktu siang sejak
berpisah denganmu setahun yang lalu (berpuasa tiap hari).’ Rasulullah berkata,
‘Kamu telah menyiksa dirimu sendiri.’ (Dalam riwayat Ahmad, no. 19435,
pernyataan beliau ini diulang tiga kali, pen.).
Lalu beliau melanjutkan,
‘Puasalah di bulan kesabaran (Ramadhan), dan sehari setiap bulan.’ Dia berkata,
‘Tambahlah’. Beliau bersabda, ‘Puasalah tiga hari’. Dia berkata, ‘Tambahlah’.
Beliau bersabda, ‘Berpuasalah di bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan,
Berpuasalah di bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan, Berpuasalah di
bulan-bulan yang mulia, lalu tinggalkan.’ Beliau berkata begitu seraya
mengumpulkan tiga jarinya lalu memisahkannya.’ (HR. Abu Daud, no. 2073.
Ad-Dzahabi berkata, “Mujibah memang tidak dikenal, tetapi para perawi lainnya
terpercaya).
Yang dimaksud dengan bulan-bulan
mulia itu adalah bulan Rajab, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Begitulah
semangat para shahabat yang membara dalam melaksanakan perintah-perintah
Rasulullah. Sehingga terkadang berlebihan, dan Rasulullah pun langsung
meluruskannya.
Kalau mereka malu diri setaelah
mengetahui hebatnya ibadah Rasulullah, seharusnya sekarang kita juga malu diri
bila melihat semangat ibadah mereka, terutama dalam melaksanakan ibadah puasa.
Di mana posisi kita dalam ketaatan dan kebaikan, bila dibanding para shahabat
Rasulullah yang mulia itu? Apakah ibadah puasa Ramadhan kita sudah optimal?
Apakah puasa sunnah kita sudah maksimal?
Keutamaan Orang yang Taat Berpuasa
Orang yang berpuasa adalah orang
yang berjihat di jalan Allah. Ia memerangi hawa nafsunya dan menundukkan
syahwatnya demi menjalankan perintah Allah. Ia tidak hanya mencegah dirinya
dari makanan dan minuman yang haram, tapi ia juga mengendalikan keinginnannya
untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang halal di siang Ramadhan, serta
berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa atau
mengurangi pahalanya di siang Ramadhan. Sungguh merupakan perjuangan yang
berat, dan hanya orang-orang yang punya keimanan dan semangat juang yang kuat
yang mampu menunaikannya. Itulah bdari kesabaran untuk menunaikan apa yang
telah diperintahkan Allah.
Pantaslah, kalau Allah membalas
orang-orang yang taat berpuasa sebagaimana yang Dia perintahkan, dengan balasan
yang melebihi ibadah-ibadah lainnya. Dan balasan tersebut hanya Allah yang
mengetahuinya, karena ia menjadi rahasia ilahi. Di samping itu Allah juga
menjadikan keutamaan-keutamaan yang sangat tinggi nilainya bagi hamba-hamba-Nya
yang taat berpuasa. Keutamaan-keutamaan tersebut di antaranya adalah.
- Diampuni
dosa-dosanya
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ –رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه
البخاري ومسلم)
“Abu Hurairah berkata, “Rasulullah
bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman (yang benar) dan
ikhlas (karena Allah), maka ia akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR.
Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 1268).
- Dijauhkan
dari siksa neraka
عَنْ
أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ –رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ –صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
يَقُولُ: مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ
عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيفًا. (رواه البخاري ومسلم)
Abu Sa’id al-Khudry berkata, “Saya telah mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah (karena
Allah), maka Allah akan menjauhkan dirinya dari api neraka selama tujuh puluh
musim’.” (HR. Bukhari, no. 2628 dan Muslim, no. 1949).
- Mendapatkan
balasan yang tak ternilai
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ،
الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ... (رواه
مسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah telah bersabda,
‘Setiap amal ibadah anak cucu Adam akan dilipatgandakan (balasannya).
Kebaikannya akan dibalas dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipatnya. Allah telah berkata, ‘Kecuali puasa, karena puasanya itu untuk-Ku dan
Akulah yang akan membalasnya sendiri…”. (HR. Muslim, no. 1945. Tirmidzi, no.
695 dan Ibnu Majah, no. 1628).
- Mendapat
syafaat dari puasanya
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو -رَضِي اللَّه عَنْهما-
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ: الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ
بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ
بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ. قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ. (رواه
أحمد)
Abdullah
bin ‘Amr berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Puasa dan al-Qur’an akan datang
memberi syafaat untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai
Tuhanku, aku telah mencegahnya untuk makan dan menuruti syahwatnya di siang
hari, maka berilah hak untuk memberinya syafaat. Al-Qur’an juga berkata, “Wahai
Tuhanku, aku telah menghalanginya untuk tidur pada malam hari, maka berilah aku
hak untuk memberinya syafaat. Rasulullah melanjutkan, ‘Maka keduanya pun
memberi syafaat’.’ (HR. Ahmad, no. 6337 dan dishahihkan al-Albani).
- Mendapat
jaminan masuk surga
إِنَّ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِيْنَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِيْنَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِيْنَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِيْنَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِيْنَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِيْنَ
فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللَّهَ كَثِيْراً وَالذَّاكِرَاتِ
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيْماً
“Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35).
- Memasuki
surga melalui pintu spesial
عَنْ سَهْلٍ -رَضِي اللَّه عَنْه-
عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ
الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ.
يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ؟ فَيَقُومُونَ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرُهُمْ. فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ. (رواه
البخاري ومسلم)
Sahl
berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan
“ar-Rayyan”. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang taat berpuasa akan masuk
melalui pintu tersebut. dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu
tersebut selain mereka. (di surga itu dikatakan), “Mana orang yang taat
berpuasa”. Maka mereka pun memasukinya, dan tidak ada seorang pun yang masuk
melalui pintu itu selain mereka. Apabila mereka telah masuk, maka ditutuplah
pintu tersebut bagi yang lain.” (HR. Bukhari, no. 1763 dan Muslim, no. 1947).
- Terkendali
hawa nafsunya
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ. وَإِنِ امْرُؤٌ
قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ... (رواه
البخاري ومسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah telah bersabda,
‘Puasa itu benteng, maka hendaklah orang yang puasa tidak berkata kotor (jorok)
dan tidak berbuat bodoh. Apabila ada orang yang memusuhinya atau mencelanya,
hendaklah ia memberitahunya dengan mengatakan, ‘Saya sedang puasa’, ‘Saya
sedang puasa’… (HR. Bukhari, no. 1761 dan Muslim, no. 1941).
- Masuk
golongan orang yang amanah
قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-:
إِنَّ الصَّوْمَ أَمَانَةٌ، فَلْيَحْفَظْ أَحَدُكُمْ أَمَانَتَهُ. (أخرجه الخرائطي بإسناد حسن)
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya puasa itu adalah
amanah, maka hendaklah kalian menunaikan amanahnya.” (HR. al-Kharaithi dengan
sanad yang baik. Lihat Ihya’ Ulumuddin, tahqiqnya Sayyid ‘Imran: 1/ 310).
- Mendapatkan
dua kebahagian
أََبُوْ
هُرَيْرَةَ -رَضِي
اللَّه عَنْه-
يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
قَالَ:
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ
بِصَوْمِهِ. (رواه
البخاري ومسلم)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘…Bagi
orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan yang membuatnya bahagia. Kebahagiaan
saat berbuka puasa dan kebahagiaan saat bertemu dengan Allah dengan pahala
puasanya.” (HR. Bukhari, no. 1771 dan Muslim, no. 1944).
- Mendapatkan
bonus eksklusif
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ -رَضِي اللَّه عَنْه-
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ. الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى
سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ مَا شَاءَ اللَّهُ. يَقُولُ اللَّهُ: إِلاَّ الصَّوْمَ،
فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ
أَجْلِيْ... (رواه
ابن ماجة)
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Setiap
amal ibadah anak cucu Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan setara dengan sepuluh
kebaikan sampai 700 kali lipat sesuai yang dikehendaki Allah. Dia telah
berkata, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untu-Ku, dan Aku-lah yang akan
membalasnya sendiri, sebab ia telah meninggalkan syahwat dan makannya karena
mengikuti perintah-Ku…’.” (HR. Ibnu Majah, no. 1628).
Ya Allah jadikanlah kami temasuk golongan
hamba-hamba-Mu yang taat berpuasa. Dan berilah kami peluang untuk memasuki
surgamu melalui pintu ar-Rayyan. Dan berilah kesempatan bagi kami di akhirat
kelak, untuk mengetahui bentuk balasan dan pahala puasa yang selama ini Engkau
rahasiakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar