Bu Ramting tidaklah sendirian. Ada banyak kisah serupa yang kita temukan
dari pasien ruqyah yang diterapi di Ghoib Ruqyah Syar'iyah. Para
pasien itu tidak pernah mempelajari ilmu kesaktian dengan berbagai fariannya.
Mereka juga tidak melakukan tirakatan, atau lelakon apapun.
Tapi mereka adalah korban. Ya, korban atas apa yang
dilakukan oleh leluhur mereka yang pernah memperdalam ilmu kesaktian. Mereka
dipaksa untuk menjadi penitisan jin yang mereka katakan sebagai khadam,
tanpa dimintai persetujuan.
Mau atau tidak, mereka adalah pewaris ilmu titisan.
Sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh leluhur mereka. Itu adalah
perjanjian dengan syetan yang ujung-ujungnya menyeret ke jurang kehancuran.
Menilik pada keseluruhan kisah, sesungguhnya kemampuan
itu bukanlah karamah atau maunah, karena setelah menyembuhkan pasien patah
tulang, justru salah satu keluarganya ada yang menjadi korban berikutnya.
Mereka mengalami kecelakaan.
Keahlian itu adalah titisan dari leluhur Bu Ramting,
yang diakuinya ahli urut. Masalahnya mengapa kemudian keluarganya menjadi
tumbal? Bisa jadi karena ada persyaratan-persyaratan tertentu yang belum
dilunasi. Sehingga syetan yang telah membantu Bu Ramting meminta ganti yang
lain.
Menurut orang pintar lainnya, keahlian Bu Ramting pada
akhirnya akan menitis pada anak-anaknya. Buktinya, sejak kecil, kedua anaknya
bisa melihat makhluk ghaib yang tidak bisa dilihat orang lain. Dengan kata
lain, pada diri kedua anaknya sudah ada jin yang menyertai mereka.
Keberadaan jin dalam diri manusia tidaklah
menguntungkan manusia itu sendiri. Karena sejak semula mereka telah
mengikrarkan diri sebagai musuh yang akan mengajak mereka ke dalam neraka. Bukalah
lembaran al-Qur'an dalam surat
al-Hijr ayat 34. Syetan berikrar, "Dan aku akan menyesatkan mereka
semua."
Lalu, apa yang perlu dilakukan untuk memutus mata
rantai ilmu titisan itu? Sebelumnya, perlu ditegaskan di sini, bahwa Islam
tidak mengenal dosa warisan. Allah berfirman, "Dan seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain." Az-Zumar: 7) Kesalahan orangtua
yang telah melakukan perjanjian dengan syetan bukan berarti anaknya harus menanggung
kesalahan yang sama. Anaknya tidak harus mematuhi perjanjian itu. Terlebih itu
adalah perjanjian dengan syetan yang harus dibatalkan demi hukum syariat.
Beberapa langkah memutus mata rantai ilmu titisan
1. Perkuat diri dengan akidah yang shahih. Perjanjian
itu dengan syetan, maka setiap anggota keluarga harus menghiasi diri dengan
akidah yang shahih. akidah yang lurus dan tidak menyimpang. Syetan akan lari
dan menjauh dari seorang mukmin yang shahih akidahnya. Kisah Umar bin Khathab
bisa dijadikan rujukan. Syetan tidak berani berpapasan jalan dengan Umar. Syetan
akan menempuh jalan lain, bila Umar melewati lorong tersebut.
2. Ikhlas beribadah karena Allah semata.
Sejak dinyatakan sebagai makhluk yang sesat dan akan
menghuni neraka Jahannam, Iblis telah memplokamirkan diri sebagai musuh
manusia. Ia senantiasa berjuang mati-matian untuk menyesatkan mereka. Dengan berbagai
cara. Hanyalah orang-orang yang mukhlis dalam beribadah yang selamat
dari godaannya. Perhatikan surat
al-Hijr ayat 39-40.
"Iblis berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua.
Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS.
Al-Hijr: 39-40)
Disebut sebagai mukhlis bila seseorang berbibadah
hanya mengharap ridha Allah. Bukan karena orang lain.
Selanjutnya, masalah ilmu titisan itu tidak hanya
terkait dengan orang yang sudah akil baligh. Anak-anak yang masih belum
terbebani taklif dan belum bisa melakukan penjagaan terhadap dirinya juga tidak
terlepas dari serangan ilmu titisan. Dalam keadaan demikian, anak-anak sangat
rentan menjadi bulan-bulanan syetan.
Kisah Ibu Ramting dengan kedua anaknya mempertegas
pernyataan ini. Mereka menjadi pelajaran berharga bagi setiap orangtua. Dalam
hal ini tanggung jawab utama untuk mengikis ilmu titisan atau secara lebih umum
gangguan syetan itu dibebankan kepada kedua orangtuanya. Islam telah memberikan
beberapa langkah yang bisa ditempuh
Yang pertama adalah, melakukan penjagaan dari gangguan
syetan sejak melakukan hubungan badan. Artinya sejak proses pertemuan antara
sperma dan sel telur belum terjadi kedua orangtua sudah melakukan tindakan
prefentif sehingga bila Allah menakdirkan lahirnya keturunan dari proses
tersebut, sang anak tidak terganggu oleh syetan. Sebelum berhubungan bacalah
doa.
بِاسْمِ اللَّهِ،
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya, "Dengan menyebut nama Allah, ya Allah
jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkan syetan dari (keturunan) yang Engkau
karuniakan kepada kami."
Lanjutan hadits mengatakan bahwa orang yang membaca doa
tersebut, maka anak yang dilahirkan dari persetubuhan itu tidak akan diganggu
syetan. Dalam kitab Nailul Authar 3/183 dijelaskan beberapa penafsiran dari
hadits ini. Pertama, dikatakan bahwa anak tersebut tidak akan kesurupan. Kedua,
ada yang berpendapat jasadnya tidak akan diganggu komitmennya dalam beragama.
Ketiga, syetan tidak akan menyertai suami dalam menyetubuhi istrinya.
Kedua, orangtua membacakan doa perlindungan kepada anak
cucunya.
Tengoklah kisah istri Imron yang difirmankan Allah
dalam surat Ali
Imran ayat 36. Dikisahkan bahwa istri Imran senantiasa berdoa kepada Allah agar
anak dan cucunya terhindar dari gangguan syetan.
وَإِنِّيْ أُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
"Dan aku
memohon perlindungan untuknya serta keturunannya kepada Engkau (Allah) dari
syetan yang terkutuk."
Berkat doa yang dilantunkan istri Imran tersebut, maka
Maryam dan Isa terhindar dari tusukan syetan, kala mereka terlahir ke dunia. Di
saat bayi-bayi yang terlahir ke dunia tak satupun lepas dari tusukan syetan.
Dalam kontek lain, Rasulullah mengajarkan doa yang
seharusnya dibaca setiap orangtua agar anak-anaknya terlindung dari gangguan
syetan.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ
اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ
لَامَّةٍ
Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala (ganggaun) syetan, binatang
yagn berbisa dan pandanga mata yang menimpanya."
Dalam riwayat Bukhari dikatakan bahwa doa ini pula yang
senantiasa Nabi Ibrahim untuk kedua anaknya, Ishak dan Ismail.
Ilmu titisan, madharatnya lebih banyak dari manfaatnya.
Kalaupun toh ada manfaatnya yang nampak di depan mata, sesungguhnya itu adalah
bagian dari upaya syetan untuk mempecundangi sang pewaris ilmu titisan dan
orang-orang di sekitarnya. Karena itu waspadalah sebelum terlambat.
Bedah Kesaksian Majalah Ghoib Edisi 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar