Kamis, 07 Januari 2021

Tobatnya Sang Intelejen

 

Suraqah bin Malik Al-Madlaji

Suatu pagi di kota Makkah. Para pembesar Quraisy hampir serentak bangun dari tidurnya. Mereka bangun sambil marah-marah dan saling menyalahkan. Betapa tidak, Muhammad buronan mereka yang semalaman diintai dan diincar, lolos dari kepungan. Padahal mereka tinggal menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembunuhan yang sudah terencana dengan sangat rapih.

Merekapun seperti kebakaran jenggot melihat gagalnya rencana besar mereka. Serta merta mereka mendatangi kediaman Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjadi shahabat terdekat Muhammad, namun yang didapati hanya Asma’ putri Abu Bakar. Mendengar jawaban ketidaktahuan keberadaan Abu Bakar dan Muhamad, Asma pun mendapat tamparan keras dipipinya. Selanjutnya para kafir Quraisy ini sepakat melakukan pengejaran yang mereka yakini bahwa buronan mereka pasti belum jauh kaburnya.

Dengan pengalaman dan pengenalan medan yang sempurna mereka atur strategi pengejaran sehingga hampir dipastikan tidak ada tempat yang luput dari pencarian mereka. Dengan amarah yang sudah sampai ubun-ubun mereka pacu kuda-kuda mereka, tekad mereka bulat menangkap Muhammad hidup atau mati.

Ketika para pengejar ini tiba di sekitar Gua Tsur, mereka berhenti dan ingin memeriksa wilayah itu dengan seksama. Mereka yakin bahwa Muhammad tidak akan sampai lebih jauh dari wilayah ini. Mereka pun menyebar dan menyisir wilayah itu.

Sementara itu Muhammad bersama shahabat setianya tengah bersembunyi di dalam Gua Tsur. Tampak Muhammad dengan tenang istirahat tidur di pangkuan Abu Bakar karena kelelahan. sedangkan Abu Bakar tampak khawatir, kaki-kaki para pencari jejak tampak jelas lalu lalang di mulut gua. tidak terasa air matanya mengalir dan menetes jatuh di muka Rasulullah. Rasulullah pun terbangun dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Bakar?”.

“Demi Allah, bukannya saya khawatir akan jiwa saya. Namun bagaimana jika hal ini terjadi pada Anda. Seandainya mereka menengok di tempat kaki mereka berpijak niscaya mereka akan melihat kita.” jawab Abu Bakar.

“Jangan takut, wahai abu Bakar. Sesungguhnya Allah bersama kita.” kata Nabi menenangkan hati shahabatnya. Allah pun menenangkan hati Abu Bakar.

Adapun para pencari jejak merasa putus asa setelah sekian lama mencari namun hasilnya nihil. Abu Jahal yang turut dalam rombongan itu berkata,”Demi Lata dan Uzza, saya yakin Muhammad ada di sekitar kita dan mendengar suara kita, tapi sihir Muhammad menahan penglihatan kita.”

Mereka akhirnya kembali dengan tangan hampa. Namun usaha mereka tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengumumkan semacam sayembara dengan hadiah seratus ekor unta betina bagi mereka yang berhasil menangkap Nabi Muhammad hidup atau mati.

Saya kelabuhi pasien dengan Energi baterai

Perdukunan penuh dengan kebohongan? Itulah pengalaman hidup yang dijalani Ipon, seorang dukun yang kini telah bertaubat. Dengan berbagai tri...