Suraqah bin Malik Al-Madlaji
Suatu pagi di
kota Makkah. Para pembesar Quraisy hampir serentak bangun dari tidurnya. Mereka
bangun sambil marah-marah dan saling menyalahkan. Betapa tidak, Muhammad
buronan mereka yang semalaman diintai dan diincar, lolos dari kepungan. Padahal
mereka tinggal menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembunuhan yang sudah
terencana dengan sangat rapih.
Merekapun seperti kebakaran jenggot melihat
gagalnya rencana besar mereka. Serta merta mereka mendatangi kediaman Abu Bakar
Ash-Shiddiq yang menjadi shahabat terdekat Muhammad, namun yang didapati hanya
Asma’ putri Abu Bakar. Mendengar jawaban ketidaktahuan keberadaan Abu Bakar dan
Muhamad, Asma pun mendapat tamparan keras dipipinya. Selanjutnya para kafir
Quraisy ini sepakat melakukan pengejaran yang mereka yakini bahwa buronan
mereka pasti belum jauh kaburnya.
Dengan pengalaman dan pengenalan medan yang
sempurna mereka atur strategi pengejaran sehingga hampir dipastikan tidak ada
tempat yang luput dari pencarian mereka. Dengan amarah yang sudah sampai
ubun-ubun mereka pacu kuda-kuda mereka, tekad mereka bulat menangkap Muhammad
hidup atau mati.
Ketika para pengejar ini tiba di sekitar Gua
Tsur, mereka berhenti dan ingin memeriksa wilayah itu dengan seksama. Mereka
yakin bahwa Muhammad tidak akan sampai lebih jauh dari wilayah ini. Mereka pun
menyebar dan menyisir wilayah itu.
Sementara itu Muhammad bersama shahabat
setianya tengah bersembunyi di dalam Gua Tsur. Tampak Muhammad dengan tenang
istirahat tidur di pangkuan Abu Bakar karena kelelahan. sedangkan Abu Bakar
tampak khawatir, kaki-kaki para pencari jejak tampak jelas lalu lalang di mulut
gua. tidak terasa air matanya mengalir dan menetes jatuh di muka Rasulullah.
Rasulullah pun terbangun dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu
Bakar?”.
“Demi Allah,
bukannya saya khawatir akan jiwa saya. Namun bagaimana jika hal ini terjadi
pada Anda. Seandainya mereka menengok di tempat kaki mereka berpijak niscaya
mereka akan melihat kita.” jawab Abu Bakar.
“Jangan takut,
wahai abu Bakar. Sesungguhnya Allah bersama kita.” kata Nabi menenangkan hati
shahabatnya. Allah pun menenangkan hati Abu Bakar.
Adapun para
pencari jejak merasa putus asa setelah sekian lama mencari namun hasilnya
nihil. Abu Jahal yang turut dalam rombongan itu berkata,”Demi Lata dan Uzza,
saya yakin Muhammad ada di sekitar kita dan mendengar suara kita, tapi sihir
Muhammad menahan penglihatan kita.”
Mereka akhirnya
kembali dengan tangan hampa. Namun usaha mereka tidak berhenti sampai di situ.
Mereka mengumumkan semacam sayembara dengan hadiah seratus ekor unta betina
bagi mereka yang berhasil menangkap Nabi Muhammad hidup atau mati.